Ramadhan is Bullshit! (3)

Mengapa Berpuasa Pada Bulan Ramadhan?
Sebelum menjawab tentang pertanyaan tersebut. Alangkah baiknya kita sedikit kepo tentang sejarah puasa terlebih dahulu baru dihubungkan dengan wajibnya puasa ramadhan. Dalam Al quran puasa adalah amal ibadah tertua yang suah disyariatkan umat terdahulu, jauh sebelum diwajibkannya kepada umat muhammad. Setiap umat sebelum umatnya muhammad juga berpuasa, sebelum datangnya muhammad , nabi lain pun berpuasa. Contohnya saja Daud berpuasa dengan ciri khusus : sehari berpuasa, sehari berbuka (tidak puasa). Dan dalam ajarannya Muhammad pun puasanya Daud adalah sebaik-baiknya puasa.
Jauh sebelum umat muhammad diwajibkan berpuasa. Adam telah diperintah untuk berpuasa dengan cara tidak memakan buah khuldi (QS Al Baqarah: 35). Maryam ibunya Isa pun berpuasa hingga tak berbicara dengan siapapun (QS Maryam : 26). Musa dan kaumnya berpuasa 40 hari. Isa juga berpuasa. Muhammad sebelum diangkat menjadi rasul telah mengamalkan puasa 3 hari tiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan Muharram bersama masyarakat Quraisy yang lain.
Dalam hal ini bisa kita kaitkan dengan pertanyaan “sejak kapan bulan Ramadhan itu ada? Dan sejak kapan syariat puasa ramadhan diberlakukan?” bagaimana dengan puasa-puasa terdahulu yang dilakukan tidak di bulan ramadhan?
Ayat yang diturunkan kepada umat manusia tentang melakukan ibadah puasa adalah Albaqarah ayat 183. Ayat itu turun tanpa sebab-sebab tertentu (terserah Tuhanlah hehehe). Dalam ayat tersebut muncul dua persoalan pokok . Persoalan pertama menyangkut tentang kesamaan berpuasa yang diwajibkan atas kaum ‘sebelum kamu’ adalah puasa di bulan Ramadhan, atau kesamaan itu hanya meliputi hal syariat berpuasa saja, sedangkan waktunya berada di bulan lain. Pada persoalan ini perbedaan timbul diantara dua pendapat . pendapat pertama cenderung memaknai tentang penyerupaan hanya berupa puasanya saja. Dan tidak meliputi berapa lama berpuasa . Pendapat ini berdasar pada realitas sejarah dimana masyarakat Jahiliyah masih mengenali syariat tersebut, walaupun telah menjadi ‘sejarah’ serta tidak dilakukan di bulan Ramadhan yang sudah dikenal. Bisa jadi pendapat ini menyandarkan kepada salah satu firman Allah SWT tentang bermacam-macmanya syariat bagi masing-masing umat manusia, ‘Untuk tiap-tiap umat diantara kamu—maksudnya: umat Nabi Muhammad SAW dan umat-umat yang sebelumnya—Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu’ (QS. 5:48).
Pendapat kedua lebih terfokus pemahamannya kepada lama hari berpuasa dan bulan diwajibkannya berpuasa. Lebih tepatnya, pendapat kedua ini mengarahkan perhatiannya kepada ayat selanjutnya, pada ayat 184, yang berbunyi, ‘(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu’ (ayyaman ma’dudat). Dengan demikian, secara globalulama kelompok ini berpendapat bahwa puasa Ramadhan sebagaimana kaum muslimin lakukan selama ini telah diwajibkan kepada umat-umat yang terdahulu. Dasar pendapat ini tentu banyaknya riwayat yang menjelaskan tentang hal itu. Antara lain hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW bersabda ‘puasa bulan Ramadhan telah diwajibkan oleh Allah SWT atas umat sebelum kamu’.
Pada pendapat yang kedua ini masih terjadi ikhtilaf (perbedaan), apakah selama ‘beberapa hari yang tertentu’berpuasa—yang diwajibkan pada kaum dahulu itu—adalah berupa sebulan penuh dalam Ramadhan atau bulan-bulan lainnya.
Abdullah bin Abbas Ra mengatakan, syariat sebelumnya adalaah puasa tiga hari setiap bulan, lalu syariat ini di-nasakh dengan syariat yang baru, melalui surat Al-Baqarah ayat 185 (Tafsir Zad-I-Mashir). Namun, ada juga pendapat kedua mengklaim bahwa ‘hari-hari tertentu’ yang dimaksud adalah bulan Ramadhan itu sendiri. Jadi, pada bulan Ramadhan jugalah umat-umat dahulu diwajibkan berpuasa. Al-Suday menyatakan bahwa orang-orang Nasrani sebenarnya telah memiliki syariat puasa di bulan Ramadhan. Tetapi, karena mereka merasakan berat, mereka kemudian merubahnya dengan berpuasa di waktu antara musim dingin dan musim panas, serta menambah beberapa hari. Beberapa hari tambahan itu dengan perincian masing-masing sepuluh hari sebelum dan sesudah bulan yangdisepakati ulama mereka. Sehingga, mereka berpuasa selama lima puluh hari.
Dengan demikian, kita bisa memastikan pula bahwa bulan Ramadhan itu ada, setidaknya, sejak syariat puasa diturunkan kepada umat manusia. Karena, makna Ramadhan sendiri itu adalah waktu atau keadaan atau hal dimana seseorang merasakan panas, mulut terasa kering, dan tenggorokan terasa haus, yang dikarenakan sedangberpuasa. Sehingga, dengan sendirinya dan secara otomatis, bulan atau waktu dimana orang melakukan puasa disebut bulan atau waktu Ramadhan, yaitu saat yang panas, kering, dan haus.
Dan diantara sekian macam syariat, hanya ibadah puasa merupakan ibadah kontemplatif. Hal ini bisa dibenarkan, karena dalam sebuah hadist Qudsy, Allah SWT relah berfirman, ‘Seluruh amal ibadah anak-anak keturunan Adam diperuntukkan kepada pelakunya, kecuali puasa. Maka sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku, dan Aku mengganjar karenanya’. Sehingga, puasa merupakan (komunikasi) rahasia antara hamba dengan Tuhan-nya. Sehingga sangat bisa diterima jika Shuhuf-nya Ibrahim AS, Taurat untuk Musa AS, Injil untuk Isa AS serta Al-Qur’an pun turun pertama kali pada bulan Ramadhan.
[Graha Sedekah; dengan semangat baru memulai perjalanan sejak dilaunching 17 Agustus 2015. Demi menggerakkan generasi qur’ani Indonesia melalui cita-cita visioner mengenai pendidikan yang islami, akan terus berperan aktif dengan semangat tanpa henti untuk fokus mengelola potensi umat dalam rangka membangun peradaban menuju ridlo ilahi]

Graha Sedekah On Twitter

Videos