Apakah mengeluh itu baik? Mengapa mengeluh itu baik?
Dalam pengalaman sehari-hari, ada banyak manusia yang mengeluh, baik terfasilitasi maupun tidak terfasilitasi, baik mengeluh di media sosial maupun langsung kepada Allah. Dari pengalaman sehari-hari itulah kita dapat membuat 4 kategori keluhan (1) Mengeluh positif. Yaitu mengeluh yang diwujudkan manusia melalui do’a kepada Tuhan. Contoh, karena Yudha ingin jadi PNS maka tiap 1/3 malam Yudha berdoa kepada Allah agar diangkat jadi PNS. (2) Mengeluh negatif. Yaitu mengeluh kepada manusia , atau dalam bahasa jawanya “sambat”. (3) Mengeluh netral. Yaitu mengeluh yang berupa meminta saran. Contoh, Mas Imam ingin melamar Mbak Enjel namun Mas imam belum PNS. (4) mengeluh relatif. Yaitu mengeluh yang ada pandangan baik dan pandangan buruk dari keluhan tersebut. Contoh mengeluh di fesbuk. Dalam kaidah mengeluh relatif inilah kita dianjurkan untuk memfilter keluhan kita, ada yang perlu di ceritakan di fesbuk atau medso ada yang tidak perlu sama sekali diceritakan di medsos.
Bagaimana mengeluh yang baik dan benar?
Mengeluh yang baik dan benar ada dua jenis teknik mengeluh yang baik dan benar. Teknik pertama adalah mengeluh sesuai syariat, yaitu mengeluh dengan cara mengadukan permasalahan hanya pada Allah SWT. Teknik yang kedua yaitu mengeluh sesuai konsep psikologis dan sosiologis, dengan cara menyampaikan keluhan dengan berbentuk saran, contoh jika ada pelayanan tidak bagus dari suatu lembaga, kita tidak mengeluhkan ke orang lain atau sosmed tapi langsung ke lembaga yang bersangkutan.
Dari uraian tersebut kita tahu tentang bagaimana mengeluh yang baik dan benar.
Semoga bermanfaat
(semarang, beberapa detik setelah limalasan)
[Graha Sedekah; dengan semangat baru memulai perjalanan sejak dilaunching 17 Agustus 2015. Demi menggerakkan generasi qur’ani Indonesia melalui cita-cita visioner mengenai pendidikan yang islami, akan terus berperan aktif dengan semangat tanpa henti untuk fokus mengelola potensi umat dalam rangka membangun peradaban menuju ridlo ilahi]